Jakarta
Program Perpustakaan Inklusi Sosial Sudah Sasar 750 Desa
ASPIRASIBABEL.com | Jakarta - Perpusnas melakukan Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial sejak tahun 2018 sebagai upaya untuk mendukung peningkatan literasi masyarakat. Sampai tahun 2021, program ini telah dijalankan di 32 provinsi, 159 kabupaten, dan 750 desa.
Setelah program tersebut berjalan, dilakukan kajian untuk mendapatkan informasi terkait efektivitas pendekatan program ini dan apa dampaknya untuk masyarakat yang memanfaatkan layanan perpustakaan. Selain itu, dibutuhkan juga informasi mengenai perubahan yang terjadi di berbagai kalangan akibat adanya program ini, serta seberapa besar rasio dari manfaat yang didapat jika dibandingkan dengan biaya yang dialokasikan untuk program transformasi perpustakaan ini.
Melalui kajian yang dilakukan di tahun 2022 untuk mengevaluasi pelaksanaan program di tahun 2020-2021, didapatkan beberapa temuan yang makin menegaskan pentingnya peran perpustakaan dalam membangun literasi masyarakat. Perpustakaan telah bertransformasi, tidak hanya menyediakan layanan baca dan pinjam buku saja, namun menjadi pusat belajar dan kegiatan masyarakat.
Perpustakaan kini dipandang memiliki image yang baik, tidak hanya oleh masyarakat tapi juga oleh para stakeholder. Dari transformasi perpustakaan ini, kita dapat melihat ragam kegiatan yang difasilitasi perpustakaan, seperti life skill training, edukasi kesehatan, pengembangan ekonomi, dan menjadi tempat warga atau komunitas untuk bertemu, berinteraksi, dan membangun jejaring.
Hasil kajian menunjukkan pendekatan dan komponen program ini dinilai efektif dengan skor sebesar 4,09 yang termasuk dalam kategori baik. Menilik ke masing-masing variabel efektivitas didapatkan skor untuk Ketepatan Sasaran sebesar 3.98, Sosialisasi dan Pemahaman Program 4.26, pencapaian Tujuan Program: 4.05, dan Pemantauan program 4.07. Efektivitas pendekatan program ini berkorelasi positif dengan capaian di setiap perpustakaan yang menjadi mitra program ini.
Hasil yang dicapai perpustakaan juga didukung oleh komitmen dan upaya perpustakaan yang berupaya mengimplementasikan program ini walau di tengah pandemi COVID-19 yang terjadi di tahun 2020-2021 yang berpengaruh pada mobilitas masyarakat dan penyediaan layanan perpustakaan. Dari hasil studi didapatkan kualitas layanan perpustakaan memberikan pengaruh sebesar 61,1 % terhadap dampak yang dirasakan oleh masyarakat.
Di tengah pandemi COVID-19, perpustakaan tetap berperan nyata dan memberikan manfaat nyata di beberapa aspek kehidupan literasi. Data dari hasil survei pemustaka menunjukkan 85% membaca di perpustakaan, 96 % mengalami peningkatan minat baca, 85 % prestasi akademik meningkat, 74 % menjadi lebih sehat setelah mencari informasi tentang Kesehatan di perpustakaan, 43 % mendapatkan tawaran pekerjaan, 72% mendapatkan kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan,75% terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di perpustakaan.
Pencarian informasi Kesehatan dan pengembangan usaha selama pandemi meningkat. Hal ini terkait kebutuhan dan juga situasi PHK dan penutupan usaha yang membuat masyarakat mencari informasi di perpustakaan. Persentase dampak di tingkat desa lebih tinggi dibandingkan dengan di tingkat Kabupaten. Hal ini menunjukkan Perpustakaan Desa menjadi pilihan pokok untuk masyarakat desa mencari informasi, dan banyak digunakan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan.
Implementasi program ini membawa perubahan di berbagai kalangan, termasuk masyarakat, institusi perpustakaan, dan juga stakeholder terkait dari pemerintahan maupun sektor swasta. Terjadi perubahan paradigma bahwa perpustakaan berubah dari sebatas tempat membaca dan meminjam buku berubah menjadi tempat masyarakat melakukan kegiatan. Hal ini didorong adanya interaksi melalui kegiatan pelibatan masyarakat, dan upaya perpustakaan menjangkau kelompok-kelompok di masyarakat di luar anak-anak dan pelajar.
Program tersebut juga menunjukkan indikasi terjadinya perubahan sosial seperti perpustakaan mendukung pendidikan formal, pelestarian budaya melalui kegiatan-kegiatan di perpustakaan, perubahan pola konsumsi masyarakat sebagai efek kerja sama dengan dinas ketahanan pangan, dan hubungan masyarakat terlebih di desa menjadi lebih erat selama masa pandemi karena perpustakaan banyak melakukan penyuluhan Kesehatan, vaksinasi, dan menjadi tempat berkumpul warga.
Perubahan nyata lainnya adalah terjadi perubahan sistem untuk keberlanjutan transformasi perpustakaan. Hal ini dapat dilihat pada upaya memasukkan program dalam mekanisme penganggaran daerah, memasukkan rencana perluasan program dengan anggaran mandiri, serta upaya advokasi dan kolaborasi dengan OPD lain dan sektor swasta menjadi warna baru yang memperkuat implementasi.
Data di atas juga menunjukkan program ini menyebabkan perubahan perilaku pemustaka terhadap informasi atau ilmu pengetahuan, perubahan layanan perpustakaan yang sesuai kebutuhan masyarakat, dan perubahan respon stakeholder terhadap layanan perpustakaan. Program ini mempunyai nilai kebermanfaatan yang baik dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan (dengan ratio 2,3), sehingga program ini replicable dan perlu terus dilanjutkan. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan rasio yang didapat pada evaluasi sebelumnya di tahun 2018-2019 yaitu sebesar 1,2. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa program ini efektif dan replicable (dapat diperluas) dari sisi pendekatan dan komponen program ke daerah lain.
Tentu ada tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini. Keterbatasan anggaran dan sarana dan prasarana, termasuk koneksi internet, koleksi bahan pustaka, ketersediaan komputer, khususnya di pedesaan masih dihadapi oleh sebagian perpustakaan. Di beberapa daerah kondisi geografis juga menjadi tantangan, seperti jarak antar rumah warga dengan perpustakaan yang jauh dan juga infrastruktur yang kurang menunjang, dan hal ini dijumpai juga di daerah 3 T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Kolaborasi dan sinergi antar stakeholder juga masih perlu ditingkatkan untuk mendukung keberlanjutan pengembangan perpustakaan.
Ke depan, program pengembangan perpustakaan ini dapat terus dilanjutkan dengan memperkuat upaya seperti capacity building melalui bimbingan teknis dan pendampingan kepada pengelola perpustakaan perlu dilakukan secara rutin dan berkala dengan kurikulum yang disesuaikan kepada kebutuhan perpustakaan mitra perpustakaan, penguatan kolaborasi dan sinergi stakeholder di tingkat nasional dan provinsi untuk membangun dukungan khususnya untuk scaling up/perluasan program, pemeliharaan, pengembangan dan pendampingan implementasi Sistem Informasi Manajemen, dan Publikasi yang lebih massif.
Upaya lain yang juga perlu dilakukan adalah memperluas kolaborasi dengan pegiat literasi berbasis komunitas dan influencer, formulasi strategi penjangkauan masyarakat, kreasi kegiatan-kegiatan dan layanan yang inklusif, dan mendorong gerakan membangun literasi melalui perpustakaan yang menjangkau seluruh pelosok negeri. Maju terus perpustakaan Indonesia. Literasi untuk kesejahteraan. (Asp/Red).
Adv
Komentar